Jumat, 28 Oktober 2011

PIDATO BAHASA INDONESIA


Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang saya hormati Ibu Guru Bahasa Indonesia dan rekan-rekan yang berbahagia. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya pada kita, sehingga pagi ini kita dapat bertemu dalam suasana yang menyenangkan.
Hadirin yang saya hormati,
Dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba menyampaikan informasi tentang menghadapi bau mulut dengan kumur antiseptik. Ketika lawan bicara tiba-tiba menjauh atau tutup hidung, kita pasti kebingungan dan biasanya yang akan pertama kita cek adalah bau mulut. Percaya diri pun bisa langsung turun dan kita pun tiba-tiba menjadi malu untuk berbicara dengan lawan bicara kita. Maka untuk mengatasi bau mulut kini tidak hanya sikat gigi dua kali sehari tetapi masih harus ditambah berkumur dengan obat kumur antiseptik. Selain mengusir bau, mulut akan terasa segar dan percaya diri naik. Di pasaran, banyak obat kumur antiseptik yang mengunggulkan produknya dengan alasan menghilangkan bau mulut dan menjaga kesehatan mulut. Tetapi untuk mengatasi bau mulut yang datang setiap hari, haruskah kita berkumur antiseptik juga setiap hari?
Halimeter atau  banates adalah alat untuk mengukur tingkatan bau mulut. Bau mulut berasal dari metabolisme bakteri di rongga mulut dan sisa makanan, berupa gas yang disebut Volatile Sulfur Compound (VSC). Bau mulut sering disebabkan oleh kuman di gigi dan mulut. Namun juga bisa disebabkan karena karang gigi, gigi berlubang, infeksi THT, atau menderita penyakit tertentu seperti gagal ginjal dan diabetes mellitus. Ada juga faktor luar seperti alkohol, kopi, rokok, mulut kering atau makanan beraroma keras seperti bawang, petai dan jengkol. Bau mulut akan muncul setiap hari karena merupakan bagian dari proses pengeluaran racun dalam tubuh atau detoksifikasi. Saat puasa bau mulut akan lebih sering muncul karena sistem pencernaan yang lebih memusatkan energinya pada pengeluaran racun (detoksifikasi) dan penyembuhan. Kemudian berkumur dengan antiseptik adalah langkah yang cepat dan praktis untuk menanggulangi bau mulut. Tetapi semua pasti ada batasannya termasuk penanggulangan bau mulut dengan kumur antiseptik. Kumur antiseptik hanya untuk mengatasi faktor infeksi dan cukup lima hari saja untuk menghindari iritasi sekitar mulut. Obat kumur yang umumnya mengandung alkohol dapat menurunkan produksi saliva di mulut dan akibatnya nanti tingkat oksigen di mulut juga menurun maka bau mulut datang lagi jika tidak rajin berkumur antiseptik. Namun kumur antiseptik setiap hari, juga bisa menurunkan produksi ludah, kemudian mulut menjadi kering dan dapat mengancam keseimbangan antara bakteri jahat dan bakteri baik di mulut.
Ada juga cara-cara alami penanggulangan bau mulut yang rendah resiko. Sikat gigi dua kali dan rajin membersihkan lidah. Bisa ditambah dengan memperbanyak minum air putih. Makan buah seperti apel dan jeruk juga dapat menjadi pengusir sementara bau mulut. Dan tentunya agar bau mulut tidak datang kita harus berusaha menghindari faktor penyebabnya.
Demikian informasi yang saya sampaikan semoga dapat bermanfaat. Apabila ada kata yang kurang berkenan saya mohon maaf. Akhir kata wabilahi taufik wal hidayah.
Terima kasih.
Wassalamualikum warahmatullahi wabarakatuh

Macam Tari klasik Tari rakyat Tari kreasi baru


A.   Tari  Klasik
Jawa Tengah dan DIY memiliki banyak koleksi tari klasik yang umumnya berasal dari kalangan bangsawan dan keraton. Tari-tari tersebut memiliki nilai keindahan yang tinggi karena gerakan-gerakan yang rumit dan pastinya penuh makna. Bebarapa contoh tari klasik yang terdapat di daerah Jateng dan DIY antara lain:
TARI BEDHOYO KETAWANG
a.       Nama Tarian               :   Tari Bedhoyo Ketawang.
b.      Asal                                :   Keraton Kasunanan Surakarta.
c.       Latar belakang       :   Bedhaya Ketawang ini dipandang sebagai suatu tarian ciptaan Ratunya  seluruh mahluk halus, bahkan di percaya bahwa setiap kali Bedhoyo Ketawang ditarikan, sang penciptanya selalu hadir bahkan ikut menari. Konon dalam latihan-latihan yang dilakukan, sering pula sang pencipta ini terlihat membetulkan kesalahan yang dibuat oleh para penari. Ada dugaan, bahwa semula Bedhaya ketawang itu adalah suatu tarian di candi-candi.
d.      Isi                                    :   Tarian ini dipertunjukkan pada saat penobatan raja yang baru atau “Tingalan Dalem Jumenengan”
e.      Pencipta                      :   Sultan Agung bersama Kanjeng Ratu Kencanasari.
f.        Fungsi                           :   Bedhoyo Ketawang jelas bukan suatu tarian yang untuk tontonan semata-mata, karena hanya ditarikan untuk sesuatu yang khusus dan dalam suasana yang resmi sekali, sebab tarian ini hanya dipergelarkan berhubungan dengan peringatan ulang tahun tahta kerajaan saja.
g.       Gerak                            :   Jalannya penari di waktu keluar dan masuk ke pentas, mereka  
                          selalu mengitari Sinuhun dengan arah kanan.
                      h.    Kostum                          :   Busana Tari Bedhoyo Ketawang menggunakan Dodot Ageng
                         dengan motif Banguntulak alas-alasan yang membuat penari
                          terasa anggun.
                       i.    Iringan                             :   Gamelan yang mengiringinya sangat khusus yaitu gamelan
                           "Kyai Kaduk Manis" dan "Kyai Manis Renggo"
Tari Bedhaya
a.       Asal Daerah              : Kasunanan Surakarta
b.      Fungsi                         : Menjamu tamu raja dan menghormat serta menyambut Nyi
                                     Roro Kidul, khususnya Bedhaya Ketawang yang jarang
                                      disajikan di luar Kraton, juga sering disajikan pada upacara
                                      keperluan jahat di lingkungan Istana.

Budaya Islam ikut mempengaruhi bentuk-bentuk tari yang berangkat pada jaman Majapahit. Seperti tari Bedhaya 7 penari berubah menjadi 9 penari disesuaikan dengan jumlah Wali Sanga. Ide Sunan Kalijaga tentang Bedhaya dengan 9 penari ini akhirnya sampai pada Mataram Islam, tepatnya sejak perjanjian Giyanti pada tahun 1755 oleh Pangeran Purbaya, Tumenggung Alap-alap dan Ki Panjang Mas, maka disusunlah Bedhaya dengan penari berjumlah 9 orang. Hal ini kemudian dibawa ke Kraton Kasunanan Surakarta. Oleh Sunan Pakubuwono I dinamakan Bedhaya Ketawang, termasuk jenis Bedhaya Suci dan Sakral.
Berbagai jenis tari Bedhaya yang belum mengalami perubahan adalah:
- Bedhaya Ketawang lama tarian 130 menit
- Bedhaya Pangkur lama tarian 60 menit
- Bedhaya Duradasih lama tarian 60 menit
- Bedhaya Mangunkarya lama tarian 60 menit
- Bedhaya Sinom lama tarian 60 menit
- Bedhaya Endhol-endhol lama tarian 60 menit
- Bedhaya Gandrungmanis lama tarian 60 menit
- Bedhaya Kabor lama tarian 60 menit
- Bedhaya Tejanata lama tarian 60 menit
Pada umumnya berbagai jenis Bedhaya tersebut berfungsi menjamu tamu raja dan menghormat serta menyambut Nyi Roro Kidul, khususnya Bedhaya Ketawang yang jarang disajikan di luar Kraton, juga sering disajikan pada upacara keperluan jahat di lingkungan Istana. Di samping itu ada juga Bedhaya-bedhaya yang mempunyai tema kepahlawanan dan bersifat monumental.
Contoh Bedhaya garapan baru :
- Bedhaya La la lama tarian 15 menit
- Bedhaya To lu lama tarian 12 menit
- Bedhaya Alok lama tarian 15 menit
Tari Gambyong
a.    Nama Tarian          :    Tari Gambyong.
b.    Asal                        :    Surakarta.
c.    Tema                      :    Ungkapan kegembiraan.
d.    Latar belakang       :    Tari Gambyong merupakan perkembangan dari tari Tayub yang dimainkan di jalanan. Tari gambyong baerawal dari seorang penari Tayub yang sangat cantik bernama Gambyong yang diundang Sri Sunan Pakubuwana IV (1788-1820) dari Kesunanan Surakarta untuk menciptakan tarian untuk menyambut tamu. Kemudian tarian itu diberi nama oleh Sri Sunan Pakubuwana IV sesuai dengan nama penciptanya sendiri, yaitu Gambyong.
e.    Isi                           :    Remaja putri dengan keramahannya menyambut tamu.
f.     Pencipta                 :    Seorang penari Tayub yang bernama Gambyong.
g.    Fungsi                    :    Menyambut tamu / sebagai hiburan.
h.    Gerak                     : Gerak lemah gemulai memunculkan rasa keramahan penari.
i.      Kostum                  : Gemerlapan dan tata rias yang digunakan masih alami sehingga penari tampak lebih anggun.
j.      Iringan                   : Iringannnya terasa dinamis dengan gerak-gerik penari.
Tari Srimpi Sangopati
a.    Nama Tarian                            :   Tari Srimpi Sangopati.
b.    Asal                                             :   Surakarta.
c.     Latar belakang                        :   Tarian Srimpi Sangopati mulai berkembang pada zaman penjajahan Belanda (1778-1820). Sedangkan nama Sangopati berasal dari kata “Sang Apati” yang mempunyai arti sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.
d.    Isi                                                 :   Tarian ini berisi tentang cerita pejuangan pada zaman Belanda dimana ditujukan untuk menggagalkan perjanjian yang diadakan antara pihak Indonesia dan Belanda agar pihak Indonesia (Keraton Surakarta Hadiningrat) tidak perlu melepaskan daerah pesisir pantura dan beberapa hutan jati yang ada di sekitarnya.
e.    Pencipta                                   :   Paku Buwono IX.
f.     Fungsi                                      :   Sebagai hiburan dan memberi pelajaran akan kegigihan melawan Kolonial Belanda
g.    Gerak                              :   Gerakkannya berirama dan tegas.
h.    Kostum                           :   Berupa Sampir berwarna putih yang berarti kesucian dan  
                              ketulusan. Selain itu penari juga memakai pistol
             i.   Iringan                            : Iringannya lembut dan sesuai dengan gerak-gerik penari
                             yang dalam ceritanya sedang jatuh cinta.
Tari Bondan
a.    Nama Tarian                            :   Tari Bondan.
b.    Asal                                             :   Jawa Tengah.
c.     Latar belakang                     :   Tari Bondan berasal dari kurangnya pendidikan bagi seorang ibu untuk mengasuh anaknya dan rumah tangga.
d.    Isi                                         : Merupakan tarian wanita tunggal sejenis Gambyong yang menggambarakan seorang ibu yang sedang mengasuh serta menimang-nimang anaknya yang masih sangat kecil dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci baju.
e.    Fungsi                                            : Mendidik wanita sebagai seorang ibu yang baik / sebagai hiburan.
f.     Gerak                                         :   Tari di atas sebuah kendi kosong yang pada akhir tariannya
                                kendi itu lalu dipecahkan di depan penonton.
            g.    Kostum                                     :   Sederhana, penari menggunakan boneka dan kendi serta
                                payung yang digunakan dalam tarian mereka seolah-olah
                                mereka tampak seperti ibu-ibu pada umumnya.
            h.     Iringan                                     :   Iringannnya lembut dan memperlihatkan suasana pedesaan.
Tari Klana Topeng
a.       Nama Tarian               :   Tari Klana Topeng
b.      Asal                                :   Surakarta
c.       Latar belakang           :   Tarian ini telah ada sejak periode kerajaan Pajang, yang
                                         dilanjutkan hingga periode Mataram, kemudian periode
                                                                      Kartasura hingga Surakarta. Pada pemerintahan Paku  
                                                                      Buwana V di keraton Surakarta, tari-tarian panji seperti
                                                                      ini mengalami perkembangan yang pesat.
d.      Isi                                 :   Tari ini menggambarkan raja Klana Sewandana dari kerajaan
                                         Bantarangin yang sedang jatuh cinta pada Dewi Candrakirana.
                                         Sang Prabu menghias diri mulai dari mengatur rambutnya, 
                                         kumis, menata pakaian, dan kemudian berdiri di depan
                                         cermin. Digambarkan pula seolah-olah melihat Dewi
                                         Candrakirana di depannya.
e.      Pencipta                   :   Sunan Kalijaga
f.        Fungsi                       :   Sebagai hiburan
Gambir Anom
    1. Nama Tarian               :   Tari Gambir Anom
    2. Asal                                :   Surakarta
    3. Latar belakang           :   Kisah petualangan cinta yg kemudian dijadikan tarian.
    4. Isi                                    :   Tarian ini menggambarkan manusia yang sedang
jatuh cinta dan berdandan setiap hari. Menggambarkan manusia menghias diri dari mengatur rambut, berbedak, mengatur alis, sampai mengatur pakaiannya. Lalu bercermin, berjalan mondar-mandir kian kemari seolah-olah pujaannya berada di depannya. Kisah ini menggambarkan pula kisah petualangan cinta Gambir Anom atau Irawan putra Arjuna yang diangkat melalui tarian.
e.    Fungsi                           :   Sebagai pedoman hidup manusia di dunia.
                                               Dan sebagai hiburan atau pertunjukkan.
f.    Kostum                         :   Digunakan aksesoris seperti sayap dan kuluk hanoman. Tari ini
                      mempunyai iringan yang cepat.
                      g.   Gerakan                          :   Geraknya terdiri dari mendak, kanser, lumaksana  
malangkerik, lumaksana blambangan. Menggunakan aksesoris seperti sayap dan kuluk Hanoman, yang diiringi gamelan ritmenya cepat.
B.   Tari  Rakyat
Tari Dolalak
a.      Nama Tarian                   : Tari Dolalak
b.      Asal                                 : Purworejo, Jawa Tengah
c.       Sejarah Perkembangan  : Kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang
                                          Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas
d.      Tema                               : Menggambarkan prajurit Belanda
e.      Gerakan                          : Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang
                                             penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit
                                         Belanda atau Perancis tempo dulu
f.        Iringan/Instrumen          : Alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung,
                                          rebana, kendang, kecer
Tari Patolan
a.      Nama Tarian                   : Tari Patolan atau Prisenan
b.      Asal                                 : Rembang, Jawa Tengah
c.       Sejarah Perkembangan  : Tari ini berkembang di kalangan pelajar terutama di
                                          pantai antara kecamatan Pandagan, Kragan, Bulu
                                          sampai ke Tuban, Jawa Timur
d.      Tema                               : Sejenis olahraga gulat rakyat
e.      Gerakan                          : Dua orang pemuda sebagai penari yang bergulat di
                                          atas pasir
Tari Ketek Ogleng
a.      Nama Tarian                   : Tari Ketek Ogleng
b.      Asal                                 : Wonogiri, Jawa Tengah
c.       Sejarah Perkembangan  : Tarian ini diangkat dari cerita Panji, yang kemudian
                                          oleh warga setempat diubah menjadi kesenian
                                          pertunjukkan Ketek Ogleng.
d.      Tema                               : Percintaan antara Endang Roro Tompe dengan
                                          Ketek Ogleng.
e.      Gerakan                          : Gerakan dalam tarian ini adalah gerakan akrobatis
                                          dari seorang Ketek Ogleng (kera) yang diperankan
                                          oleh seseorang dengan pakainan kera.
f.        Iringan/Instrumen          : Gamelan Jawa

Tari Lengger
a.      Nama Tarian                   : Tari Lengger
b.      Asal                                 : Wonosobo, Jawa Tengah
c.       Sejarah Perkembangan  : Tarian Topeng Lengger termasuk tarian tradisional
                                           yang hampir satu abad diperkenalkan di Jawa
                                          Tengah. Awalnya tarian ini dirintis di Dusun Giyanti
                                          oleh tokoh kesenian tradisional dari Desa Kecis,
                                            Kecamatan Selomerto, yaitu Bapak
                                           Gondhowinangun pada 1910
d.      Tema                               : Dewi Candra Kirana yang mencari suaminya. 
e.   Gerakan                          : Pencarian suami Dewi Candhakirana dan kemudian
                                         diganggu raksasa yang memakai topeng, puncaknya
                                         penari masuk dalam keadaan tidak sadar
f.      Iringan/Instrumen           : Angklung bernada Jawa
Tari Kuda Lumping
a.      Nama Tarian                   : Tari Kuda Lumping
b.      Asal                                 : Temanggung, Jawa Tengah
c.       Sejarah Perkembangan  : Tarian ini konon adalah bentuk dukungan untuk
                                          pasukan berkuda Pangeran Diponegoro melawan
                                          Belanda atau menggambarkan kisah perjuangan
                                          Raden Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga,
                                          melawan penjajah Belanda
d.      Tema                               : Perjuangan ksatria berkuda melawan Belanda.
e.      Gerakan                          : Tarian dibawakan dengan energik, penari menaiki
                                          kuda kepang
f.        Iringan/Istrumen                  : Gamelan Jawa

C.   Tari  Kreasi Baru
Tari Kuntulan
a.       Nama Tarian               :   Tari Kuntulan.
b.      Asal                                :   Pemalang.
c.       Tema                             :   Keagamaan.
d.      Latar belakang        :   Tarian Kuntulan mulai dikenal masyarakat Pemalang pada sekitar awal abad 20 yaitu pada saat di tanah air banyak muncul pergerakkan kebangsaan. Tokoh-tokoh masyarakat Pemalang pada saat itu tak mau ketinggalan ikut dalam kancah perjuangan nasional, yaitu dengan dibentuknya perkumpulan bela diri, khusunya pencak silat.
e.      Isi                                :   Kegiatan bela diri tersebut ketika saat itu selalu diiringi dengan rebana dan pukulan bedug serta dikumandangkan pula doa-doa salawat nabi sehingga terkesan sebagai kegiatan kesenian bertajuk keagamaan.
f.        Fungsi                           :   Sebagai hiburan, biasanya dipentaskan pada acara hajatan, upacara hari besar nasional, dan lain-lain.
g.       Gerak                         :   Gerakannya seperti gerakan-gerakan dalam ilmu pencak silat. Perpaduan jurus-jurus bela diri yang tampak sangat artistik.
h.      Kostum                         :   Sederhana dan menggunakan penutup kepala.
i.         Iringan                      :   Iringannnya rebana dan bedug serta menimbulkan demontrasi akrobatik menarik.
Tari Turonggo Sari
a.      NamaTarian                             : Tari Turonggo Sari
b.      Asal                                           : Temanggung, Jawa Tengah
c.       SejarahPerkembangan             : Tarian ini merupakan buah karya Tri Rosodan
                                                   Paramitha, dengan penata iringan Didik
                                                   Nuryanto. Tari ini terinspirasi oleh gerakan-
                                                   gerakan dalam tarian kuda lumping
d.      Tema                                        : Konflik batin remaja di masa puber
e.      Gerakan                                    : Gerakan prajurit berperang  menunggang kuda
f.        Iringan/Instrumen                    : Menggunkan bunyi-bunyian ritmis atau bisa
                                                   dengan musik
Tari Merak
a.       Nama Tarian               :   Tari Merak
b.      Asal                                :   Yogyakarta
c.       Latar belakang          :    Penggambaran kehidupan burung merak
d.      Isi                                   :    Mengekspresikan kehidupan binatang, burung merak,  
                                               Tata cara dan gerakan gerakan dari kehidupan burung  
                                                merak ini diangkat ke atas pentas.
e.      Pencipta                     :   R. Tjetje Somantri
f.        kostum                       :  Ciri bahwa burung merak tampak pada pakaian yang
                                                digunakan oleh para penarinya yang bermotif seperti merak.
g.    Gerak                            :   Tarian ini biasa ditarikan secara rampak, tiga penari atau lebih  
                                         yang masing-masing berfungsi sebagai merak betina atau
                                        merak jantan.
                      h.    Iringan                            :  lagu gendingnya adalah lagu Macan Ucul.
Tari Seblak Sondher
a.      Nama Tarian                   : Tari Seblak Sondher
b.      Asal                                 : Temanggung, JawaTengah
c.      Sejarah Perkembangan   : Tarian ini merupakan karya Paramitha SY
                                          dengan Nunik dan penata iringan Didik Nuryanto
                                          dan terinspirasi oleh Tari Tradisional Lengger
d.      Tema                               : Kegembiraan para petani di lereng Gunung
                                          Sumbing, setelah panen tembakaunya berhasil
e.      Gerakan                           : Gerakan petani yang sedang gembira dan bersemangat
Tari Tepak-Tepak Putri
a.      Nama Tarian                   : Tari Tepak-Tepak Putri
b.      Asal                                 : Jawa Tengah
c.      Pencipta                          : Bagong Kusudiharjo
d.      Tema                               : Kegembiraan remaja putrid
e.      Gerakan                          : Gerakan-gerakan ceria
f.        Iringan                            : Iringan pujian atau syair Islam